Tgs Soffskill - Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan
INFLASI,
NILAI TUKAR, SUKU BUNGA TERHADAP RISIKO SISTEMATIS PADA PERUSAHAAN
SUB-SEKTOR
FOOD AND BEVERAGE DI BEI
Oleh
:
Vanessa
Pangemanan
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen
Universitas
Sam Ratulangi Manado
email:
vanessapangemanan@yahoo.com
ABSTRAK
Risiko sistematis atau risiko pasar, berhubungan
dengan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Penelitian ini membahas pengaruh inflasi, nilai tukar, suku bunga terhadap
risiko sistematis dalam suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh antara inflasi, nilai tukar, suku bunga terhadap risiko
sistematis baik secara simultan maupun secara parsial. Secara simultan diduga
terdapat pengaruh antara inflasi, nilai tukar, suku bunga terhadap risiko
sistematis. Penelitian yang digunakan adalah penelitian assosiatif,yaitu model
untuk mencari korelasi atau hubungan kausal. Teknik analisis yang digunakan
adalah analisis data kuantitatif, dengan metode regresi linier berganda.
Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling, Diambil sebanyak 12 perusahaan
sejak tahun 2008–2 012. Hasil Penelitian secara simultan inflasi, nilai tukar,
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis. Serta jika
dihitung secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap risiko
sistematis, dan suku bunga berpengaruh signifikan positif terhadap risiko
sistematis. Investor sebaiknya memperhatikan faktor inflasi, suku bunga dan
nilai tukar dalam berinvestasi pada perusahaan go public.
Kata kunci: inflasi, nilai tukar, suku bunga dan
risiko sistematis.
ABSTRACT
Systematic risk or market risk, associated with risk
factors that affect the overall market. This study discusses the effects of
inflation, exchange rate, interest rate against systematic risk in a company.
The purpose of this study was to determine the effect of inflation, exchange
rate, interest rate risk systematically either simultaneously or partially.
Simultaneously there is a suspected influence of inflation, exchange rate,
interest rate risk systematic. Research study is associative, that is the model
to look for a correlation or causal relationship. The analysis technique used
is quantitative data analysis, the multiple linear regression method. The
selection of the sample using purposive sampling, Taken as many as 12 companies
since the year 2008-2012. Research results are simultaneously inflation,
exchange rates, interest rates have a significant effect on systematic risk.
And if you counted partially significant negative effect on systematic risk,
and interest rate significantly positive effect on systematic risk. Investors
should consider the factor of inflation, interest rates and exchange rates to
investing in publicly traded companies
Keywords: inflation, exchange rates, interest rates
and systematic risk
Latar
Belakang
Perekonomian merupakan salah satu faktor penting
dalam suatu negara. Perekonomian suatu negara juga harus mengalami pertumbuhan
agar perekonomian negara tersebut lebih maju, berkembang, dan stabil. Optimisme
pemulihan ekonomi global yang tinggi sampai dengan tahun 2011 kembali memburuk
dipicu oleh berlanjutnya krisis utang pemerintah di Eropa dan terhambatnya
pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS). Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat
ini terbukti kuat. Namun, kondisi tersebut masih dibayangi oleh kelemahan
ekonomi global. Indonesia memiliki tantangan untuk bisa menjaga pertumbuhan
ekonomi hingga saat ini, apalagi di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi
global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2012
telah tumbuh 6,4%. Pertumbuhan itu didorong oleh kuatnya daya konsumsi swasta
dan meningkatnya investasi. Sedangkan ekspor menyumbang kontribusi negatif
terhadap pertumbuhan. Namun Indonesia jelas tidak akan luput dari pengaruh
perlemahan dunia internasional. Ada beberapa variabel yang digunakan untuk
memperkirakan kondisi perekonomian antara lain nilai tukar, suku bunga, dan
inflasi. Ukuran ekonomi tersebut memberikan kemudahan kepada analis ekonomi
dalam merangkul dan menyimpulkan kondisi ekonomi suatu negara (Karvof, 2004:
78).
Table
1. Nilai Inflasi, Suku Bunga & Nilia tukar Indonesia 2007-2012
TAHUN
|
Inflasi
|
Suku Bunga
|
Nilia tukar
|
|
|
|
|
|
%
|
%
|
Rp
|
|
|
|
|
2007
|
6.4
|
8.6
|
9164
|
2008
|
10.31
|
9.18
|
9757
|
2009
|
4.9
|
7.29
|
10356
|
2010
|
5.13
|
6.41
|
9078
|
2011
|
5.38
|
6.58
|
8665
|
2012
|
4.28
|
5.77
|
9258
|
Sumber : www.BI.co.id 2007-2012
Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga merupakan
faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para pelaku pasar modal.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor ini dapat mengakibatkan
perubahan-perubahan di pasar modal, yaitu meningkat atau menurunnya harga
saham. Volatilitas dari harga-harga saham di pasar modal dapat berpotensi untuk
meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis. Oleh karena itu
perubahan-perubahan pada faktor makroekonomi dapat berpotensi untuk
meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis. Kondisi makroekonomi yang
memburuk akan meningkatkan risiko sistematis, sedangkan kondisi makroekonomi
yang membaik akan menurunkan risiko sistematis.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
inflasi, nilai tukar, suku bunga berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor food and beverage di
bursa efek Indonesia.
TINJAUAN
PUSTAKA
Risiko investasi merupakan suatu kemungkinan yang
terdiri dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan tidak kembalinya dana yang
diinvestasikan pada suatu instrumen investasi tertentu atau dengan kata lain,
merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian dalam suatu
investasi. dilihat dari kesediaanya menanggung risiko investasi, seorang
investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Risk
taker yaitu investor yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah investor yang
berani mengambil risiko.
2. Risk averter yaitu investor yang takut akan risiko.
3. Risk indifferen yaitu investor yang berhati-hati terhadap risiko. (Samsul, 2006: 305). Jenis-jenis risiko yang umumnya dihadapi perusahaan dalam investasi yaitu: Business Risk (Risiko Bisnis), Financial Risk (Risiko Finansial), Inflation Risk/Purchasing Power Risk
2. Risk averter yaitu investor yang takut akan risiko.
3. Risk indifferen yaitu investor yang berhati-hati terhadap risiko. (Samsul, 2006: 305). Jenis-jenis risiko yang umumnya dihadapi perusahaan dalam investasi yaitu: Business Risk (Risiko Bisnis), Financial Risk (Risiko Finansial), Inflation Risk/Purchasing Power Risk
(Risiko Inflasi/Penurunan Daya beli), Interest Rate
Risk (Risiko Suku Bunga), Social Risk (Risiko Sosial), Foreign Exchange Risk (Risiko
Nilai Tukar), Political Risk (Risiko Situasi Politik). Jenis-jenis risiko di
atas merupakan risiko yang tergabung baik dalam risiko tidak sistematis
(unsystematic risk) dan risiko sistematis (systematic risk).
Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) merupakan
risiko yang berhubungan dengan kejadian acak, disebabkan karena
kegiatan-kegiatan dari dalam perusahaan. Sedangkan Risiko sistematis atau
risiko pasar, berhubungan dengan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pasar
secara keseluruhan.
Risiko sistematis atau risiko pasar, yaitu risiko
yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan
(Sudiyanto, 2010:118). Risiko ini tidak dapat dieliminasi dengan diversifikasi,
risiko ini tetap ada setelah didiversifikasi karena risiko ini melekat dalam
pasar, sehingga risiko ini sering disebut sebagai risiko pasar. Di dalam
memanajemen risiko investasi di pasar modal, risiko dapat dikurangi dengan
menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio
(Markowitz,1952). Beta merupakan suatu pengukur volatilitas dari return suatu
sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar.
Beta sekurita ke-i
mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar (Jogiyanto
2003:288). Beta merupakan ukuran volatilitas sebuah investasi yang dikaitkan
dengan pasar secara umum, sering disebut koefisien beta atau risiko sistematis
(Guinan, 2009: 28).
Penelitian ini menekankan lingkungan eksternal pada
kekuatan ekonomi atau sering juga disebut faktor ekonomi. Disamping itu juga
faktor ekonomi merupakan faktor eksternal yang paling dekat keterkaitannya
dengan kegiatan operasional perusahaan. Hampir setiap persoalan yang timbul
didalam perusahaan yang berhubungan dengan faktor eksternal dinilai penyebabnya
adalah faktor ekonomi (inflasi, tingkat bunga, dan nilai tukar). Faktor ekonomi
dan risiko sistematis sebagai faktor kekuatan eksternal adalah yang paling
mendapatkan perhatian dari para investor dan calon investor, karena faktor ini
bersentuhan langsung dengan kegiatan perusahaan.
Inflasi merupakan faktor fundamental makro dari
indikator makroekonomi yang menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat,
karena harga harga barang secara umum meningkat sehingga melemahkan daya beli
masyarakat. Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
Tarikan Permintaan (kelebihan likuiditas / uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi
dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),
sedangkan untuk sebab
kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam
hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (Perpajakan / pungutan / insentif/ disinsentif),kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi , dll
Indikator faktor fundamental makro yang kedua dari
kondisi makroekonomi adalah tingkat bunga. Tingkat bunga sering digunakan
sebagai ukuran pendapatan yang diperoleh oleh para pemilik modal, tingkat bunga
ini disebut dengan bunga simpanan atau bunga investasi. Tingkat bunga digunakan
sebagai ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan
dana dari para pemilik modal, ini disebut dengan bunga pinjaman. faktor-faktor
utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar
sebagai berikut : Kebutuhan dana, Persaingan, Kebijaksanaan pemerintah, Target
laba yang diinginkan, Jangka waktu, Kualitas jaminan, Reputasi perusahaan,
Produk yang kompetitif, Hubungan baik, Jaminan pihak ketiga. (Kasmir, 2003:
37-38).
Nilai tukar merupakan harga atau nilai tukar mata
uang lokal terhadap mata uang asing. Para pelaku dalam pasar internasional amat
peduli terhadap penentuan nilai tukar valuta asing (valas), karena nilai tukar
valas akan mempengaruhi biaya dan manfaat ”bermain” dalam perdagangan barang,
jasa dan surat berharga (Sudiyatno, 2010: 112).
Hipotesis:
Inflasi, suku bunga dan nilai tukar diduga berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap risiko sistematis pada perusahaan
sub-sektor food and beverage di Bursa Efek Indonesia.
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian menggunakan jenis penelitian Assosiatif.
penelitian Asosiatif yaitu metode untuk mencari korelasi atau hubungan kausal
(hubungan yang bersifat sebab akibat). Penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar sebagai variabel
bebas (Independen) terhadap Risiko Sistematis sebagai variabel terkait (Dependen).
Populasi dari penelitian ini ada semua perusahaan
yang ada pada sub-sektor food and beverage bursa efek Indonesia tahun
2008-2012. Perusahaan yang terdaftar sebanyak 15 perusahaan, dengan demikian
yang menjadi sampel sebanyak 12 perusahaan yang ada di sub-sektor food and
beverage bursa efek Indonesia. Dengan kriteria (1) Perusahaan Sub-Sektor Food
And Beverage yang telah go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kurun
waktu penelitian (periode 2008 – 2012) . (2) Mencantumkan Harga saham pada laporan
keuangan selama kurun waktu penelitian (periode 2008-2012). Data yang digunakan
pada penelitian ini data bersifat dokumenter yaitu dengan cara mendownload di
Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia.
Table
2. Sample Penelitian
No.
|
Nama Perusahaan
|
No.
|
Nama Perusahaan
|
|
|
|
|
1
|
Akasha Wira International Tbk.
|
7
|
Multi Bintang Indonesia Tbk.
|
2
|
Cahaya Kalbar Tbk.
|
8
|
Prasidha Aneka Niaga Tbk.
|
3
|
Davomas Abadi Tbk.
|
9
|
Sekar Laut Tbk. [S]
|
4
|
Delta Djakarta Tbk.
|
10
|
Siantar Top Tbk. [S]
|
5
|
Indofood Sukses Makmur Tbk.
|
11
|
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
|
6
|
Mayora Indah Tbk.
|
12
|
Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
|
|
Sumber: data diolah
|
Definisi
operasional
Ø Inflasi
(X1) merupakan nilai rill relative dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK)
bulanan tahun 2008-2012. Pada penelitian ini inflasi diukur dengan persen (%).
Ø Suku
bunga (X2) merupakan suku bunga rill bulanan tahun 2008-2012. Pada penelitian
ini suku bunga diukur dengan persen (%).
Ø Nilai
tukar (X3) merupakan nilai konverensi rill mata uang rupiah terhadap US dollar
($). Pada penelitian ini nilai tukar diukur dengan nilai nilai tukar spot rill
mata uang rupiah terhadap US dollar ($) tahun 2008-2012.
Ø Risiko
Sistematis (Y) merupakan risiko yang diakibatkan karena interaksi pasar. Pada
penelitian ini risiko sistematis diukur dengan menggunakan beta ().
Teknik
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda, serta melakukan Asumsi klasik (uji autokorelasi, uji
multikolinieritas, uji heterokesdatisitas, uji normalitas) dan uji hipotesis
(uji F dan Uji t).
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Uji
Asumsi Klasik
Uji autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi
yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang
berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat
berdekatan (apabila cross sectional). Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin
Watson, dari hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai DW adalah 1.830. ini
berarti model regresi tidak mengalami autokorelasi.
Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui
adanya hubungan yang sempurna antara variabel dalam model regresi. Untuk
mendeteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan
melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance adalah
tertinggi 20 dan terendah 0,20. Dari hasil perhitungan diperoleh:
Tabel
3. Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel
|
Tolerance
|
VIF
|
Keterangan
|
Inflasi
|
0.486
|
2.058
|
Non multikolinearitas
|
Suku bunga
|
0.383
|
2.613
|
Non multikolinearitas
|
Nilai tukar
|
0.286
|
3.492
|
Non multikolinearitas
|
Sumber: Datadiolah
|
|
|
|
Kesimpulannya adalah tidak ada gejala
multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain dalam suatu model regresi. Dalam penelitian ini, pengujian
heteroskedastisitas yang digunakan dengan uji Spearman rho.
Tabel
4. Hasil Uji Spearman Rho
Variabel
|
Sig t
|
Keterangan
|
inflasi
|
0.853
|
Non heteroskedastisitas
|
suku bunga
|
0.354
|
Non heteroskedastisitas
|
nilai tukar
|
0.297
|
Non heteroskedastisitas
|
Sumber: Data diolah
|
|
|
Kesimpulannya adalah semua angka sig t lebih besar
dari pada 0.05 sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji normalitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Gambar 2. Uji normalitas perusahaan sub-sektor food
and beverage
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual untuk
model regresi ini telah normal dan memenuhi asumsi normalitas dimana distribusi
datanya normal.
Pengujian
Hipotesis
Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel
5. Ringkasan hasil uji t
Variabel
|
|
nilai t
|
Sig.
|
keterangan
|
Inflasi
|
|
-.468
|
.064
|
H0 ditolak
|
|
|
|
|
|
Suku Bunga
|
|
.493
|
.062
|
H0 ditolak
|
|
|
|
|
|
Nilai Tukar
|
|
-1.133
|
.026
|
H0 ditolak
|
|
|
|
|
|
sumber : datadiolah
|
|
|
|
Pengujian pengaruh inflasi (X1), Suku bunga (X2),
dan Nilai Tukar (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap risiko
sistematis (Y) pada perusahaan sub-sektor food and beverage di bursa efek
Indonesia dengan taraf signifikan 0.1 pada tabel dalam hasil uji t.
Uji F. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dengan taraf signifikan 0.1.
Tabel
6. Ringkasan hasil uji F
Variabel
|
nilai F
|
Sig.
|
keterangan
|
Inflasi, suku bunga, nilai tukar
|
0.676
|
0.057
|
Signifikan
|
sumber : Data diolah
|
|
|
|
Angka signifikan sebesar 0.057 > 0.1 sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel inflasi (X1), Suku bunga (X2), dan
Nilai Tukar (X3) secara bersama berpengaruh signifikan terhadap risiko
sistematis (Y).
Hasil Uji Regresi
Dari hasil analisis, diperoleh persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut :
Y= 6,619 + (0,222) inflasi + 0,491 suku bunga +
(0,001)
nilai tukarPersamaan di atas dapat dimaknai sebagai
berikut:
Bila variable Inflasi (X1), Suku Bunga (X2), Nilai
Tukar (X3) bernilai 0 maka Risiko Sistematis (Y) bernilai 6,619.
Bila Inflasi (X1) meningkat dan variable lainnya
tetap maka Risiko Sistematis (Y) meningkat sebesar 0,222.
Bila Suku Bunga (X2) meningkat dan variable lainnya
tetap maka Risiko Sistematis (Y) meningkat sebesar 0,491.
Bila Nilai Tukar (X3) meningkat dan variable lainnya
tetap maka Risiko Sistematis (Y) meningkat sebesar 0,001.
Pembahasan
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar
Simultan terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor food and
beverage di Bursa Efek Indonesia
Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa variabel
inflasi (X1), Suku bunga (X2), dan Nilai Tukar (X3) secara bersama-sama/
simultan berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis (Y). Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian dari Haryanto dan Riyanto (2007),
Setyowati, dan Andayani (2010). Secara teori, variable inflasi, suku bunga SBI
dan nilai tukar rupiah terhadap US $ sangat mempengaruhi risiko sistematis
karena variable-variable ini terkait dengan kondisi pasar secara umum. Namun,
investor juga memperhatikan variable-variable lain dalam mengambil keputusan
berinvestasi.
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar
terhadap risiko sistematis pada perusahaan sub-sektor food and beverage di
Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Inflasi Terhadap risiko sistematis pada
perusahaan sub-sektor food and beverage di bursa efek Indonesia
Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
risiko sistematis. Jadi, secara statistik benar bahwa inflasi berpengaruh
terhadap risiko sistematis, dan pengaruh tersebut adalah negatif, sedangkan
secara teori pengaruh inflasi terhadap risiko sistematis adalah positif. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Sudiyanto dan Nuswandhari
(2009) yang menunjukkan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
risiko sistematis. Fenomena ini memberikan pemahaman empiris bagi manajemen
bahwa kenaikan inflasi perusahaan sub-sektor food and beverage di bursa efek
Indonesia selama periode 2008-2012 berdampak pada penurunan risiko sistematis.
Pengaruh Variable Suku Bunga Terhadap risiko
sistematis pada perusahaan sub-sektor food and beverage di bursa efek Indonesia
Hasil uji statistik, tingkat bunga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap risiko sistematis. Jadi, secara statistik benar
bahwa tingkat bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko
sistematis dan pengaruh tersebut adalah positif, sedangkan secara teoritis
pengaruh tingkat bunga terhadap risiko sistematis juga positif. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Setyowati, dan Andayani
(2010), serta penelitian Haryanto dan Riyanto (2007) tidak sesuai dan tidak
mendukung yang menemukan suku bunga berpengaruh negatif tetapi signifikan
terhadap risiko sistematis. Secara teori jika suku bunga naik maka return
investasi yang terkait dengan suku bunga juga akan naik. Maka minat investor
akan berpindah dari saham ke deposit. Fenomena ini menunjukkan bahwa investor
di Indonesia tidak suka risiko atau risk averse.
Pengaruh Nilai Tukar Terhadap risiko sistematis pada
perusahaan sub-sektor food and beverage di bursa efek Indonesia
Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
risiko sistematis. Secara teori pengaruh kurs terhadap risiko sistematis adalah
positif. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Sudiyanto dan Nuswandhari
(2009) yang menunjukkan hasil nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap risiko sistematis. serta penelitian dari Haryanto dan Riyanto (2007)
tidak sesuai dan tidak mendukung yang menemuka nilai tukar berpengaruh positif
dan signifikan terhadap risiko sistematis. Jadi apabila perusahaan memerlukan
pasokan barang dari luar negeri maka kenaikan nilai tukar sangat berpengaruh
dalam proses perdagangan tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Secara serentak atau simultan inflasi, Suku bunga,
dan Nilai Tukar berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis.
Hasil pengujian menunjukkan secara parsial: Inflasi
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap risiko sistematis. Suku bunga
berpengaruh signifikan dan positif terhadap risiko sistematis. Nilai tukar
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap risiko sistematis.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan
saran sebagai berikut :
Bagi investor yang ingin berinvestasi saham pada
bursa efek Indonesia, hendaknya memperhatikan faktor inflasi, suku bunga dan
nilai tukar karena tebukti secara empiris pada penelitian ini memiliki pengaruh
yang signifikan.
Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan untuk memprediksi data harga saham berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Guinan, Jack. 2009. Investopedia cara mudah memahami
istilah investasi. Hikmah. Jakarta
Haryanto M.Y. Dedi dan Riyatno, 2007. Pengaruh Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs
Terhadap Risiko Sistematik Saham
Perusahaan di BEJ, Jurnal Keuangan dan Bisnis, Vol.5, No. 1, Maret 2007, Hal.
24 – 40.
Jogiyanto Hatono, 2003. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi 3, BPFE Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Karvof A, 2004. Guide to investing in capital market
(cara cerdas meraih kebebasan keuangan untuk individual yang bijak). Bandung
Kasmir, 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya suku bunga.
penetapan-suku-bunga/#more-3793. Diakses 5 Febuari
2013
Markowitz, H.M, 1952. Portfolio Selection, Journal
of Finance 7, pg. 77-91.
Setyowati, Nining dan Dwi Andayani, 2010. Pengaruh
variable internal dan eksternal perusahaan terhadap
risiko sistematis saham
pada kondisi pasar yang berbeda (studi pada saham-saham ILQ 45 di Bursa Efek
Jakarta). Wacana Vol.13 No.2. April 2010.
Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen
portofolio. Erlangga. Jakarta
Sudiyanto Bambang dan Nuswandhari Cahyani, 2009.
Peran beberapa indikator ekonomi dalam
mempengaruhi risiko sistematis
perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia Jakarta. Dinamika Keuangan dan Perbankan,
agustus 2009, Hal: 66-81. Jakarta.
Sudiyanto, 2010. Peran Kinerja Perusahaan dalam
Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental Makro Ekonomi, Sistimatis dan Kebijakan
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.
Komentar
Posting Komentar